Kamis, 26 Desember 2013

Konsep Pemupukan Berimbang

Pemupukan berimbang dapat diartikan sebagai pemupukan yang lengkap (Urea, TSP/SP-36, KCl ) dengan tetap memperhatikan kebutuhan unsur hara mikro. Meskipun dibutuhkan dalam jumlah sedikit, unsur hara mikro (terutama unsur hara mikro esensial) mempunyai peranan penting dalam metabolisme dan proses fisiologis tanaman yang ujungnya berpengaruh terhadap produksi tanaman. Konsep Pemupukan Berimbang dalam budidaya padi sawah harus mempertimbangkan beberapa hal, antara lain :
~ Status hara tanah
~ Kebutuhan tanaman, dan
~ Target hasil

Dengan demikian, prinsip berimbang dalam pemupukan padi sawah adalah keseimbangan antara ketersediaan hara yang ada dalam media tumbuh (tanah sawah) dan kebutuhannya bagi tanaman padi. Idealnya status hara tanah diketahui melalui analisa laboratorium, namun untuk ini butuh biaya yang tidak murah. Pendekatan lain bisa dilakukan dengan menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS). Ini pun cukup sulit karena keterbatasan alat PUTS dan pereaksinya. Hal yang mungkin bisa dilakukan oleh petani adalah dengan pendekatan Petak OMISI. Hal yang perlu diketahui berkaitan dengan ketersediaan hara dalam tanah adalah sumbernya. Bahwasanya ketersediaan unsur hara, baik makro maupun mikro yang ada dalam tanah bersumber dari :
1. Tanah, setiap jenis tanah memiliki kekhasan kandungan unsur hara.
2.  Bahan organik yang berasal dari sisa-sisa tanaman maupun kotoran hewan/binatang ternak.

Dalam praktek budidaya tanaman padi sawah, pemberian pupuk harus mempertimbangkan jenisnya, jumlah atau dosisnya serta waktu pemberian. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan efisien, maka petani (pelaku usaha tani) sebaiknya mengupayakan :
~ Menambahkan kotoran hewan/binatang ternak untuk meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah
~ Disarankan menggunakan Pupuk Pelengkap Cair (PPC) yang kandungan unsur mikronya lengkap
~ Mengukur status hara tanah menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS)
~ Menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) dalam pemberian Nitrogen (N)

Berikut ini contoh rekomendasi pemupukan padi sawah dengan beberapa asumsi sebagai berikut : ~ Hasil uji tanah sawah menggunakan PUTS, diketahui : o Status hara P (phospat) : sedang s/d rendah o Status hara K (Kalium) : rendah o Derajat keasaman : netral ~ Pengamatan Bagan Warna Daun (BWD) o Umur 21 – 28 hst : 3,5 (antara 3 dan 4) o Umur 35 – 40 hst : ≥ 4 ~ Target hasil yang akan dicapai : 8 ton GKG

Maka, kebutuhan hara : ~ Nitrogen (N) : 120 – 130 kg o Pemupukan I (0 – 14 hst) : 40 – 50 kg o Pemupukan II (21 – 28 hst) : 57 kg o Pemupukan III (35 – 40 hst) : 23 kg ~ Phosphat (P) : 50 – 60 kg ~ Kalium (K) : 30 – 40 kg

Sabtu, 21 Desember 2013

Mengenal Bahan-bahan yang dapat dibuat menjadi kompos

Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll. Bahan organik yang sulit untuk dikomposkan antara lain: tulang, tanduk, dan rambut.

Bahan yang paling baik menurut ukuran waktu, untuk dibuat menjadi kompos dinilai dari rasio karbon dan nitrogen di dalam bahan / material organik seperti limbah pertanian: ampas tebu dan kotoran ternak serta tersebut di atas. Bahan organik yang telah disusun oleh Sinaga dkk. (2010) dari berbagai campuran dengan nilai rasio C/N = 35,68 dan kondisi kandungan airnya 50,37%, waktu dekomposisi diperoleh terpendek 28 hari dibanding lainnya.

Proses Pengomposan

Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50 o -70 o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO 2 , uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan.

Skema Proses Pengomposan Aerobik

Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses anaerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H 2 S.

Proses pengomposan tergantung pada :

1. Karakteristik bahan yang dikomposkan 2. Aktivator pengomposan yang dipergunakan 3. Metode pengomposan yang dilakukan Faktor yang memengaruhi proses Pengomposan

Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu sendiri.

Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain:

Rasio C/N Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.

Umumnya, masalah utama pengomposan adalah pada rasio C/N yang tinggi, terutama jika bahan utamanya adalah bahan yang mengandung kadar kayu tinggi (sisa gergajian kayu, ranting, ampas tebu, dsb). Untuk menurunkan rasio C/N diperlukan perlakuan khusus, misalnya menambahkan mikroorganisme selulotik (Toharisman, 1991) atau dengan menambahkan kotoran hewan karena kotoran hewan mengandung banyak senyawa nitrogen.

Ukuran Partikel Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.

Aerasi Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan(kelembapan). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.

Porositas Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.

Kelembapan (Moisture content) Kelembapan memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembapan 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembapan di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembapan 15%. Apabila kelembapan lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.

Temperatur/suhu Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.

pH Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.

Kandungan Hara Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.

Kandungan Bahan Berbahaya Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.

Lama pengomposan Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang.

Strategi Mempercepat Pengomposan

Pengomposan dapat dipercepat dengan beberapa strategi. Secara umum strategi untuk mempercepat proses pengomposan dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu:
1. Menanipulasi kondisi/faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pengomposan. 2. Menambahkan Organisme yang dapat mempercepat proses pengomposan: mikroba pendegradasi bahan organik dan vermikompos (cacing). 3. Menggabungkan strategi pertama dan kedua. Memanipulasi Kondisi Pengomposan
Strtegi ini banyak dilakukan di awal-awal berkembangnya teknologi pengomposan. Kondisi atau faktor-faktor pengomposan dibuat seoptimum mungkin. Sebagai contoh, rasio C/N yang optimum adalah 25-35:1. Untuk membuat kondisi ini bahan-bahan yang mengandung rasio C/N tinggi dicampur dengan bahan yang mengandung rasio C/N rendah, seperti kotoran ternak. Ukuran bahan yang besar-besar dicacah sehingga ukurannya cukup kecil dan ideal untuk proses pengomposan. Bahan yang terlalu kering diberi tambahan air atau bahan yang terlalu basah dikeringkan terlebih dahulu sebelum proses pengomposan. Demikian pula untuk faktor-faktor lainnya.
Menggunakan Aktivator Pengomposan
Strategi yang lebih maju adalah dengan memanfaatkan organisme yang dapat mempercepat proses pengomposan. Organisme yang sudah banyak dimanfaatkan misalnya cacing tanah. Proses pengomposannya disebut vermikompos dan kompos yang dihasilkan dikenal dengan sebutan kascing. Organisme lain yang banyak dipergunakan adalah mikroba, baik bakeri, aktinomicetes, maupuan kapang/cendawan. Saat ini dipasaran banyak sekali beredar aktivator-aktivator pengomposan, misalnya :MARROS Bio-Activa,Green Phoskko(GP-1), Promi, OrgaDec, SuperDec, ActiComp, EM4, Stardec, Starbio, BioPos, dan lain-lain.
Promi, OrgaDec, SuperDec, dan ActiComp adalah hasil penelitian Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI) dan saat ini telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Sementara MARROS Bio-Activa dikembangkan oleh para peneliti mikroba tanah yang tergabung dalam sebuah perusahaan swasta. Aktivator pengomposan ini menggunakan mikroba-mikroba terpilih yang memiliki kemampuan tinggi dalam mendegradasi limbah-limbah padat organik, yaitu: Trichoderma pseudokoningii, Cytopaga sp, Trichoderma harzianum, Pholyota sp, Agraily sp dan FPP (fungi pelapuk putih). Mikroba ini bekerja aktif pada suhu tinggi (termofilik). Aktivator yang dikembangkan oleh BPBPi tidak memerlukan tambahan bahan-bahan lain dan tanpa pengadukan secara berkala. Namun, kompos perlu ditutup/sungkup untuk mempertahankan suhu dan kelembapan agar proses pengomposan berjalan optimal dan cepat. Pengomposan dapat dipercepat hingga 2 minggu untuk bahan-bahan lunak/mudah dikomposakan hingga 2 bulan untuk bahan-bahan keras/sulit dikomposkan.
Memanipulasi Kondisi dan Menambahkan Aktivator Pengomposan
Strategi proses pengomposan yang saat ini banyak dikembangkan adalah mengabungkan dua strategi di atas. Kondisi pengomposan dibuat seoptimal mungkin dengan menambahkan aktivator pengomposan.
Pertimbangan untuk menentukan strategi pengomposan
Seringkali tidak dapat menerapkan seluruh strategi pengomposan di atas dalam waktu yang bersamaan. Ada beberapa pertimbangan yang dapat digunakan untuk menentukan strategi pengomposan:
1. Karakteristik bahan yang akan dikomposkan. 2. Waktu yang tersedia untuk pembuatan kompos. 3. Biaya yang diperlukan dan hasil yang dapat dicapai. 4. Tingkat kesulitan pembuatan kompos

Manfaat Kompos

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.

Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara. DKI Jakarta menghasilkan 6000 ton sampah setiap harinya, di mana sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah tersebut, 1400 ton dihasilkan oleh seluruh pasar yang ada di Jakarta, di mana 95%-nya adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi, 2005).

Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga d iketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.

Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, seperti menjadikan hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.

Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:

Aspek Ekonomi :

1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah 2. Mengurangi volume/ukuran limbah 3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya Aspek Lingkungan :

1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah 2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan Aspek bagi tanah/tanaman:

1. Meningkatkan kesuburan tanah 2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah 3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah 4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah 5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) 6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman 7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman 8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara oleh tanaman (Gaur, 1980).

Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan pertumbuhan tanaman. Penelitian Abdurohim, 2008, menunjukkan bahwa kompos memberikan peningkatan kadar Kalium pada tanah lebih tinggi dari pada kalium yang disediakan pupuk NPK, namun kadar fosfor tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan NPK. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman yang ditelitinya ketika itu, caisin (Brassica oleracea), menjadi lebih baik dibandingkan dengan NPK.

Hasil penelitian Handayani, 2009, berdasarkan hasil uji Duncan, pupuk cacing (vermicompost) memberikan hasil pertumbuhan yang terbaik pada pertumbuhan bibit Salam (Eugenia polyantha Wight) pada media tanam subsoil. Indikatornya terdapat pada diameter batang, dan sebagainya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penambahan pupuk anorganik tidak memberikan efek apapun pada pertumbuhan bibit, mengingat media tanam subsoil merupakan media tanam dengan pH yang rendah sehingga penyerapan hara tidak optimal. Pemberian kompos akan menambah bahan organik tanah sehingga meningkatkan kapasitas tukar kation tanah dan memengaruhi serapan hara oleh tanah, walau tanah dalam keadaan masam.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor menyebutkan bahwa kompos bagase (kompos yang dibuat dari ampas tebu) yang diaplikasikan pada tanaman tebu (Saccharum officinarum L) meningkatkan penyerapan nitrogen secara signifikan setelah tiga bulan pengaplikasian dibandingkan degan yang tanpa kompos, namun tidak ada peningkatan yang berarti terhadap penyerapan fosfor, kalium, dan sulfur. Penggunaan kompos bagase dengan pupuk anorganik secara bersamaan tidak meningkatkan laju pertumbuhan, tinggi, dan diameter dari batang, namun diperkirakan dapat meningkatkan rendemen gula dalam tebu.

Jumat, 31 Mei 2013

Peluang usaha bawang merah

Sebagai negara agraris, Indonesia menghasilkan beragam jenis hasil bumi yang berpotensi besar untuk dijadikan sebagai ladang usaha. Mulai dari produk pertanian. Sampai produk hortikultura , semuanya memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Sehingga banyak masyarakat yang membudidayakan berbagai produk pertanian dan hortikultura sebagai potensi bisnis yang cukup menjanjikan.

Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat Indonesia adalah Bawang merah ( allium ascalonicum). Banyaknya manfaat yang dapat diambil dari bawang merah dan tingginya nilai ekonomi yang dimiliki sayuran ini, membuat para petani di berbagai daerah tertarik membudidayakannya untuk mendapatkan keuntungan besar dari potensi bisnis tersebut.

Budidaya bawang merah memang memberikan keuntungan cukup besar bagi para ra petaninya. Mengingat saat ini kebutuhan pasar akan bawang merah semakin meningkat tajam, seiring dengan neningkatnya jumlah pelaku bisnis makanan yang tersebar di berbagai daerah. Kondisi ini terjadi karena bawang merah sering dimanfaatkan masyarakat untuk bahan baku pembuatan bumbu masakan, dan menjadi bahan utama dalam proses produksi bawang goreng yang sering digunakan sebagai pelengkap berbagai menu kuliner.

Hal inilah yang mendorong para petani di daerah Jawa Tengah (khususnya Brebes), Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara (terutama di pulau Samosir), Bali, Lombok,  Lampung, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Aceh, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan beberapa daerah lainnya untuk memilih budidaya bawang merah. Meskipun keuntungan yang diperoleh dari budidaya bawang merah cukup tinggi, namun sampai sekarang para petani belum bisa membudidayakan bawang dengan optimal.

Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Karena para petani masih sangat tergantung dengan bantuan sinar matahari untuk proses budidaya dan proses pengeringan bawang merah pada saat pasca panen. Tentu keadaan ini sering merugikan para petani bawang merah, sebab persediaan produk yang tidak stabil menyebabkan harganya mengalami fluktuasi (naik di saat musim kemarau dan turun drastis di musim panen).

Untuk mencegah kerugian tersebut, maka diperlukan upaya untuk dapat membudidayakan bawang merah sepanjang tahun. Misalnya dengan budidaya di luar musim, dan menggunakan bantuan mesin
tepat guna untuk membantu pengeringan hasil bawang merah. Dengan begitu, diharapkan produksi dan harga bawang merah dipasaran bisa terus stabil sesuai dengan permintaan pasar yang terus
meningkat.

Senin, 22 April 2013

Penanganan Panen Tanaman Padi



 
Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura (1999) tujuan pemanenan padi adalah untuk mendapatkan gabah dari lapangan pada tingkat kematangan optimal, mencegah kerusakan dan kehilangan hasil seminimal mungkin.

Minggu, 21 April 2013

Manfaat Buah Tomat


Dalam kehidupan kita sehari-hari , kita mengenal tomat sebagai buah, tetapi ada juga yang bilang tomat itu sayur, terus yang bener yang mana ya? bingung ah, biarin para pakar tumbuhan aja ya yang menjelaskannya, kita khan orang awam cukup tahu selintas aja, yang penting kita tahu manfaat dari tomat , iya nggak? he..he..
Manfaat Tomat
Menurut para ahli pertomatan (hii...hii ) banyak sekali manfaat yang kita dapat apabila kita mengkonsumsi buah tomat, mulai kecantikan sampai vitalitas seksual., karena ternyata tomat itu mengandung unzur gizi yang mengandung vitamin A, C, Mineral, serat dan Zat Fitonutrien. Tomat bagus dikonsumsi oleh orang-orang yang berdiet dan para wanita yang selalu ingin tampil cantik . Oleh rakyat Perancis tomat ini dinamakan "Apel Cinta" atau "Pomme D'amour" karena tomat secara ilmiah diyakini mampu memulihkan lemah syahwat dan meningkatkan jumlah sperma serta menambah kegesitan pergerakan sperma. Menurut para pakar yang meneliti tomat , yang saya ketahui dari beberapa buku dan penelusuran di internet, tomat itu bermanfaat antara lain untuk :
1. Menyembuhkan jerawat, menyembuhkan peradangan dan luka pada kulit, sebagai anti oksidan dan dapat juga digunakan untuk mengangkat kotoran pada kulit. Selain itu tomat dapat melembabkan dan mengurangi kelebihan minyak pada kulit dan memiliki peran dalam pembentukan kolagen. 2. Membantu mencegah kerusakan sel yang dapat mengakibatkan kanker leher rahim, kanker prostat, kanker perut dan kanker pankreas karena ternyata pigmen tomat yang berwarna merah itu, warna merahnya mengandung Licopene yaitu suatu zat anti oksidan yang dapat menghancurkan radikal bebas dalam tubuh akibat rokok, polusi dan sinar ultra violet 3. Dapat menurunkan demam karena mempunyai kasiat antipiretik 4. Mengatasi gangguan pencernaan seperti sembelit dan wasir karena mempunyai kandungan serat yang tinggi 5. Mampu memulihkan lemah syahwat dan meningkatkan jumlah sperma serta menambah kegesitan pergerakan sperma sehingga 6. Untuk melakukan detoksifikasi tubuh melalui terapi jus 7. Mengandung karbohidrat yang apabila dikonsumsi secara teratur dapat menjadi tambahan sumber energi bagi tubuh, membantu otak dan otot-otot. 8. Buat orang yang sedang diet, tomat mengandung karbohidrat yang lebih mudah dicerna daripada kandungan pada nasi, mie dan roti.

Sabtu, 20 April 2013

Peranan Pupuk NPK pada Tanaman Padi


Salam hangat kawan! Kali ini saya akan share tentang peranan pupuk NPK. Ketiga unsur ini mempunyai peran yang sangat penting terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, dimana ketiga unsur ini saling berinteraksi satu sama lain dalam menunjang pertumbuhan tanaman.

Jumat, 19 April 2013

Mengenal Lebih Jauh Biofungisida Trichoderma


Salam hangat kawan! Kali saya akan sharing tentang Biofungisida Trichoderma. Mungkin sebagian dari kita sudah mengetahui pemanfaatan Tr ichoderma spp sebagai agen. pengendali hayati dalam menengendalikan penyakit tanaman. Pada tulisan ini saya akan memberikan gambaran umum tentang Trichoderma.

Senin, 15 April 2013

Pemupukan tanaman sehat

 


Dengan mengkombinasikan pemberian unsur NPK pada tanaman secara tepat sebenarnya sudah bisa digunakan untuk memperkuat tanaman dari serangan hama dan penyakit. Unsur K (kalium) merupakan penyusun selulosa bahan utama dinding sel tumbuhan, kekurangan unsur itu membuat dinding sel menjadi tipis sehingga mudah ditembus oleh bakteri, jamur maupun virus.

Teknologi Budidaya Cabe

 
1. Syarat Tumbuh
Syarat tumbuh untuk tanaman cabe antara lain tanah yang gembur, remah, tidak terlalu liat, tidak terlalu porous, kaya bahan organic dan pH tanah 5,5 – 6,8. Air yang diperlukan tersedia cukup dengan drainase yang baik. Varietas yang dapat digunakan untuk budidaya cabe off season adalah cabe keriting TM 999, paris Minyak, cabe jatilaba, cabe besar Tit Super, cabe merah keriting lokal, Cabe hibrida (Hot Beauty, Hero). Benih yang digunakan untuk budidaya off season ini hendaknya benih yang bebas dari hama dan penyakit, masak pohon, berwarna merah, daya tumbuh ± 80%, seragam dan bersih dari kotoran.

Minggu, 14 April 2013

Pestisida Nabati (Bagian 2)

Berikut adalah beberapa contoh tanaman yang biasa di gunakan sebagai pestisida nabati:



1. Mimba Tanaman mimba (Azadirachta indica) mengandung senyawa aktif azadirachtin, meliantriol, salanin, nimbin dan nimbidin. Berbentuk tepung dari daun atau cairan minya dari biji/buah. Efektif mencegah makan (antifeedant) bagi serangga dan mencegah serangga mendekati tanaman (repellent) dan bersifat sistemik. Mimba dapat membuat serangga mandul, karena dapat mengganggu produksi hormon dan pertumbuhan serangga. Mimba mempunyai spektrum yang luas, efektif untuk mengendalikan serangga bertubuh lunak (200 spesies) antara lain belalang, thrips, ulat kupu-kupu putih, dll. Disamping itu dapat juga untuk mengendalikan jamur (fungisida) pada tahap preventif, menyebabkan spora jamur gagal berkecambah. Jamur yang dikendalikan antara lain penyebab: embun tepung, penyakit busuk, cacar daun/kudis, karat daun, dan bercak daun. Dan juga mencegah bakteri pada embun tepung (powdery mildew).

Pestisida Nabati (bagian 1)





Tumbuhan merupakan gudang bahan kimia yang kaya akan kandungan berbagai jenis bahan aktif. Dikenal suatu kelompok bahan aktif yang disebut “produk metabolit sekunder” (secondary metabolic products), namun fungsinya bagi tumbuhan tersebut dalam proses metabolisme kurang jelas. Kelompok ini berperan penting dalam berinteraksi atau berkompetisi, termasuk melindungi diri dari gangguan pesaingnya. Produk metabolik sekunder ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktif pestisida nabati.

Penggunaan Bagan Warna Daun (BWD) pada Padi


Bagan warna daun (BWD) adalah alat berbentuk persegi empat yang berguna untuk mengetahui kadar hara N tanaman padi. Pada alat ini terdapat empat kotak skala warna, mulai dari hijau muda hingga hijau tua, yang menggambarkan tingkat kehijauan daun tanaman padi. Sebagai contoh, kalau daun tanaman berwarna hijau muda berarti tanaman kekurangan hara N sehingga perlu dipupuk. Sebaliknya, jika daun tanaman berwarna hijau tua atau tingkat kehijauan daun sama dengan warna di kotak skala 4 pada BWD berarti tanaman sudah memiliki hara N yang cukup sehingga tidak perlu lagi dipupuk. Hasil penelitian menunjukkan, pemakaian BWD dalam kegiatan pemupukan N dapat menghemat penggunaan pupuk urea sebanyak 15-20% dari takaran yang umum digunakan petani tanpa menurunkan hasil.

Pemanfaatan Pekarangan Sempit





Mengapa harus risau jika halaman rumah tak luas. Manfaatkan saja pot-pot berisi tanaman gantung. Asal pemilihan tanamannya tepat, pot gantung sanggup mengubah lahan sempit menjadi cantik dan asri. Idealnya, setiap rumah harus disertai dengan halaman yang cukup luas untuk ditanami aneka tanaman. Tetapi seringkali halaman luas tinggal menjadi impian belaka. Terbatasnya kemampuan membuat kita tak sanggup menyediakan halaman luas yang diidam-idamkan.

Tetapi, jangan jadikan sempitnya lahan sebagai alasan untuk tidak berkreasi membuat hunian kita cantik dan asri. Memanfaatkn pot gantung atau rak tanaman adalah salah satu caranya. Asal tahu saja, jenis tanaman yang cantik untuk ditanam di pot gantung bukan hanya Lily Paris atau sirih-sirihan saja, lho.

Minggu, 17 Februari 2013

Jagung Sumber Pangan Alternatif


Jagung  merupakan salah satu komoditas penting  yang menjadi makanan pokok sebagian peduduk di dunia selain gandum dan padi. Jagung  (Zea mays) diduga berasal dari Amerika Latin, selain sebagai pakan ternak ,  jagung  tua ditumbuk menjadi tepung untuk dikonsumsi sebagai makanan pokok  atau sebagai lauk, sebut saja  Tortilla,  makanan khas  dari  meksiko  yang kelezatannya  terkenal ke berbagai belahan dunia.

Sabtu, 16 Februari 2013

Teknologi Pengolahan Pangan pada Kelompok Bahan Pangan

Serealia ∗)
a. Pembuatan tepung jagung (tradisional)
Bahan/alat : Jagung pipilan, Alat penggiling, Ember penampung
Cara pembuatan :
  • Jagung pipilan dipilih, yang keropos dibuang, kemudian dicuci bersih dan ditiris supaya kering. 
  • Untuk memudahkan pembuangan pericarp dilakukan perendaman. Hal ini penting karena penggilingan jagung utuh akan menghasilkan tepung yang kurang disukai terutama menyangkut tekstur yang kasar.

Teknis Budidaya Jagung



Berikut adalah teknis  budiddaya jagung dari hasil  kunjungan  lapang di Poktan Sinar Harapan
 2 Desa Gunung  Raja Kecamatan Tambang Ulang Kabupaten Tanah Laut pada tanggal 10 Pebruari 2013. Ada beberapa  perbedaan teknis budidaya  yang  ada di lapangan dengan teori yang sudah ada.

Jumat, 15 Februari 2013

Sekilas Diklat Teknis Jagung BBPP Binuang

Beberapa hari yang lalu saya mengikuti Diklat Teknis Agribisnis Jagung Angkatan I  di Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang, yang berlangsung dari tanggal 5 Pebruari -11 Pebruari 2013. Peserta diklat ini untuk aparatur  berjumlah 30 orang dari 4 Provinsi di Kalimantan.  Tujuan dari kegiatan pelatihan ini adalah : untuk  menambah pengetahuan dan wawasan peserta tentang teknologi budidaya jagung dan meningkatkan profesionalisme penyuluh sebagai fasilitator dan motivator bagi pengembangan agribisnis tanaman jagung


1st Look

Alhamdulillah blog ini bisa saya buat, dengan harapan dapat memacu diri saya dalam mengembangkan kemamapuan menulis, khususnya dalam bidang pertanian. Kenapa topik pertanian yang saya pilih, karena dari sektor pertanian inilah saya dapat hidup dan menghidupi keluarga saya. Tulisan yang ada dalam blog ini berasal dari hal-hal yang saya baca, saya lihat, saya dengar, saya rasakan serta terkadang dari hal-hal yang remeh temeh, namun cukup menarik perhatian saya. Dan akhinya dengan harapan dan niat baik mari saling berbagi, karena setiap tulisan akan saling melengkapi dan menciptakan jejak sejarahnya sendiri

Diberdayakan oleh Blogger.
 

© 2013 Jendela Tani. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top